Karet Anjlok, Kopi Habis, Petani Meringis

Karet Anjlok, Kopi Habis, Petani Meringis

\"kopi_bengkulu\"LEMBAK, Bengkulu Ekspress - Sejumlah petani Karet yang ada di beberapa kecamatan di wilayah Lembak yakni Kecamatan Kota Padang, Sindang Beliti Ilir (SBI), Sindang Beliti Ulu (SBU), Padang Ulak Tanding (PUT) dan dua desa yang ada di Kecamatan Binduriang yaitu Desa Air Apo dan Desa Taba Padang yang saat ini mengandalkan hasil pertanian dari getah karet, menjerit serta meringis. Pasalnya harga getah karet di tingkat petani hanya berkisaran Rp 3 ribu/kg.

Sedangkan harga kebutuhan pokok tiap hari terus saja merangkak naik, seperti harga beras yang berkisaran Rp 10 ribu/kg, gula pasir yang mencapai Rp 16 ribu/kg harga minyak sayur mencapai Rp 14 ribu/kg untuk kategori minyak curah. Sedangkan minyak kemasan dari pabrik mencapai R[ 20 ribu/kg.

Selain komoditi karet, komoditi kopi juga menjadi andalan masyarakat di 4 kecamatan di wilayah Lembak ini, juga tidak diharapkan. Pasalnya, dengan cuaca yang tidak menentu, musim panen kopi kali ini bisa dikatakan lewat saja atau habis untuk kebutuhan pokok yang serba meroke.

\"Tingginya  harga kopi yang mencapai Rp[ 20 ribu/kg tidak juga membuat para petani puas, karena petani bisa di katakan gigit jari, sebab kopi yang biasanya dalam 1 hektarnya bisa menghasilkan 4 ton biji  kopi, maka di musim ini hanya bisa berkisar 500 hingga 800 kg saja persatu hektarnya. Iupun tidak cukup untuk biaya pemeliharaannya hingga di musim depan.\" ujar Sugiyanto, salah satu pengepul kopi di Desa Air Apo.

Ia mengatakan, imbas dari anjloknya komoditi karet tersebut membuat para petani kopi harus menggiling hasil kopi tiap selesai memetik kopi, untuk memenuhi kebutuhan hidup seharipharinya. Akibatnya, hasil dari penjualan kopi di musim ini habis untuk biaya sehari-hari dan tidak bisa menyimpan persiapan untuk masuk di musim kopi yang akan datang.

\"Biasanya di musim panen kopi di tahun tahun sebelumnya dari bulan April hingga  Sepetember, masih banyak petani yang menjual kopi, namun di tahun 2016 ini di ini tidak ada yang menjual atau menyimpan biji kopi lagi,\" katanya.

Selain itu, kata Ogek, selama ini, pengepul dan petani kopi bisa menyimpan kopi karena terbantu dengan harga karet ,yang mana untuk kebutuhan sehari hari petani memotong karet. Tetapi semenjak harganya anjlok, rata-rata petani tidak lagi mengambil getah atau hanya mengandalkan kopi saja, sehingga habis musim ini petani terancam paceklik. \"Petani terancam paceklik sebab  tidak ada persiapan, karena kebutuhan pokok yang terus meroket,\" jelasnya.

Hal senada dikatakan Henli, warga Durianmas Kecamatan Kota Padang. Saat ini masyarakat atau petani karet sudah menjerit dengan harga karet yang tidak menentu dengan harga 1 kg mencapai Rp 3 hingga 4 ribu saja, sedangkan harga kebutuhan pokok persatu kgnya mencapai belasan ribu rupiah.

\"Kami masyarakat di Kota Padang mayoritas petani karet, sehingga dengan harganya yang kian terpuruk membuat petani semakin pusing. Sebab kalau untuk mengandalkan buah kopi di tahun ini juga meleset dari perkiraan, karena keadaan cuaca yang tidak menentu. Sehingga diprediksi kedepannya masyarakat akan dilanda paceklik,\" ujar Ogek.(222)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: